Selasa, 16 Agustus 2011

Menjadi Muslimah Sekaligus Pengusaha


Muslimah selalu identik dengan urusan dapur dan merawat anak. Tapi, ada jutaan muslimah memiliki talenta kuat dalam dunia usaha yang bisa meraup pundi-pundi finansial melebihi kemampuan pria. Di antara mereka, tetap ingin mengurus rumah tangga, anak dan tanpa harus menjadi wanita karir yang harus masuk kantor dari pagi hingga malam.

Sayang, di antara mereka masih kebingungan menentukan keputusan. Di bawah ini ada beberapa tips dan hal-hal yang tak boleh diabaikan.

Niatkan Membantu Suami

Menentukan niat, adalah awal yang akan sangat menentukan perjalanan selanjutnya. Selain karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi nilai segala perbuatan berdasarkan pada niatnya, lebih dari itu niat inilah yang semenjak awal membentuk pola pikir kita sehingga nantinya mengarahkan pilihan dalam menentukan berbagai kebijakan. Berarti dia pulalah yang akan menyetir arah berkembangnya karir dan usaha seseorang.

Muslimah yang sejak awal berniat mengembangkan usaha demi ambisi kesuksesaan pribadi atau mengumpulkan kekayaan, bisa jadi akan mengorbankan banyak kepentingan keluarganya jika dirasa akan menghalangi langkahnya dalam mencapai niat awal ini. Jelas, ini tak diperbolehkan dalam Islam.

Selama masih ada suami sebagai penopang nafkah keluarga, niat terbaik bagi istri untuk membuka usaha adalah dalam rangka membantu suami mencari nafkah. Dalam batas ini, maka kepentingan karir suami tetap dinomorsatukan.

Pekerjaan yang Aman

Kriteria ‘aman’ bagi seorang istri adalah manakala kondisi pekerjaan tersebut bisa disesuaikan dengan karakter fisik dan psikisnya yang khas. Mempertahankan karakter keibuan yang feminin misalnya, tetap harus dilakukan dengan cara memilih jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan tidak terlalu maskulin agar tidak mengikis karakter keibuannya.

Pekerjaan yang tidak harus menguras keletihan fisik akan jauh lebih baik, karena keluarga masih menunggu sumbangan tenaga dan pikiran ibu di luar urusan kantor. Dan ini tak akan sukses dilakukan jika secara fisik ibu sudah kelelahan.

Karakter lain dunia seorang ibu adalah tugas merawat dan mendidik anak. Tugas ini seringkali tak bisa diperkirakan terlebih dahulu penjadwalannya. Ketika anak sakit misalnya, bisa jadi ia membutuhkan kehadiran ibu selama dua puluh empat jam di sisinya. Itulah sebabnya, jenis pekerjaan yang fleksibel, dengan paruh waktu atau dengan disiplin waktu yang tidak terlalu mengikat, adalah menjadi pilihan terbaik. Tujuannya, agar dalam kondisi-kondisi tertentu ibu tetap bisa menomorsatukan urusan keluarga yang mendesak.

Selesaikan Urusan Rumah

Bereskan urusan keluarga sebelum menangani yang lain, itu prinsip yang tak boleh dilepas. Sepagi apapun meeting dijadwalkan di tempat tugas, pastikan bahwa urusan di rumah sudah tak ada masalah. Bukan berarti semua harus ditangani oleh tangan ibu sendiri. Bisa saja dibantu suami, adik, atau pembantu rumah tangga. Tetapi sebagai manajer rumah tangga, tanggung jawab tetap berada di pundak ibu. Kalau perlu, bangun sedini mungkin, lalu kerjakan urusan rumah seawal dan sepraktis mungkin.

Sebaliknya jika berencana pulang kerja agak terlambat, atau bahkan harus meninggalkan rumah untuk lebih dari sehari, persiapkan segala sesuatu di rumah seberes mungkin. Semua itu perlu dilakukan agar suami dan anak-anak tidak telantar.

Tetap harus diingat, walau ibu sedang berada di tempat kerja pada jam kerja sekalipun, tugas rumah tetap harus diperhatikan. Jalin selalu komunikasi dengan anak-anak di rumah, bisa lewat telepon atau SMS. Mereka tetap perlu diingatkan ketika tiba waktu makan siang, waktu beristirahat, dan sebagainya. Dengan cara ini, tetap terjalin komunikasi yang sangat penting bagi anak.

Dukungan Anggota Keluarga

Bekerja dan menuntaskan segala sesuatunya seorang diri, mustahil. Perlu dukungan dan pengertian dari orang-orang di sekitar Anda. Suami, ridhanya adalah di atas keutamaan yang lain. Pengertiannya terhadap masalah yang dihadapi istri bekerja menjadi teramat penting. Apalagi manakala terjadi hal-hal mendesak, seperti tugas-tugas yang luar biasa padat, yang membutuhkan waktu di luar jam kerja biasanya, atau di saat-saat keluarga membutuhkan lebih banyak perhatian seperti saat anak sakit.

Anak pun perlu diberi pengertian agar mendukung pilihan ibunya untuk bekerja. Penting memberi pengertian anak lewat dialog-dialog, pancing reaksi dan perasaan mereka sebenarnya. Ibu juga harus bisa tetap penuhi kebutuhan mereka berupa perhatian dan kasih sayang, dengan cara membagi waktu sebaik-baiknya. Manfaatkan waktu yang ada ketika di rumah, untuk total berbagi, berbuat, dan berkomunikasi dengan suami dan anak-anak.

Beberapa Persiapan Membuka Usaha

Pilih yang Terdekat dengan Kegemaran

Tak ada pekerjaan yang tak memiliki hambatan dan tantangan. Begitu juga upaya ibu membuka usaha, pasti dalam perjalanannya akan menemukan berbagai permasalahan. Untuk menghadapinya, diperlukan keuletan, kesabaran, dan keteguhan hati. Semua ini akan lebih mudah ditumbuhkan bila usaha pilihan tadi merupakan kegemaran kita sendiri. Kemungkinannya akan lebih besar bagi kita untuk eksis, bertahan, dan terus berjuang.

Tahu Seluk Beluknya

Secara sepintas, berdagang nampaknya gampang. Uang dapat diperoleh dengan segera. Betapa banyak orang terkecoh karenanya. Walaupun nampaknya mudah, sebenarnya untuk berdagang sangat diperlukan keuletan, keteguhan, ketrampilan komunikasi, naluri memahami keinginan pembeli, serta keterampilan melayani orang lain. Sama sekali tidak sesederhana yang diduga banyak orang.

Adalah penting bagi pemula untuk mempelajari terlebih dahulu seluk beluk usaha yang hendak dipilih. Jangan hanya mengetahui keuntungan-keuntungannya, tetapi pelajari juga risiko-risikonya, hambatan, serta tantangannya.

Belajar dari Pengusaha Lain

Benar sekali bahwa pengalaman adalah guru yang sangat berharga. Akan sangat bermanfaat jika sebelum membuka usaha kita belajar sebanyak-banyaknya dari pengalaman pengusaha lain, baik yang positif maupun negatif. Sehingga untuk mengenal berbagai risiko buruk, cukup belajar dari pengalaman orang lain, dan tak harus mengalaminya sendiri bukan?

Pisahkan dengan Urusan Keluarga

Yang tak bisa diubah, bahwa tugas utama ibu tetap dalam keluarga. Sebagai pengusaha, bisa saja ibu membuka usaha di rumah, sehingga tak perlu harus banyak keluar meninggalkan rumah. Namun kelemahan utama yang kerap terjadi adalah tercampur-baurnya urusan usaha dengan urusan keluarga.

Ini yang harus dihindari sedini mungkin. Buatlah adminisrasi keuangan yang rapi dan jelas, sehingga tidak membingungkan untuk membedakan mana hak untuk keluarga serta mana hak untuk usaha. Jangan lupa untuk mencatat setiap transaksi, sekecil apapun. Jangan ditunda lewat dari sehari.

Biasanya, disiplin dalam hal-hal tersebut kerap diabaikan, sehingga banyak pengusaha kesulitan untuk membuat pencatatan yang rapi. Sayangnya, bahkan masih banyak yang merasa tak memerlukan hal ini.*/

Sumber : www.hidayatullah.com
Selengkapnya...

Jumat, 29 Juli 2011

Program Anti “Virus”


Masalah virus adalah masalah yang cukup serius, dan tentu sudah tidak asing lagi bagi para pemilik komputer. Apatah lagi jika telah tersambung dengan jaringan internet. Ada ribuan virus—bahkan lebih dari itu—siap menyerang, sehingga menyebabkan pemilik komputer mengurut dada. Bahkan terkadang sampai mengucurkan air mata jika serangan virus menyebabkan kerusakan yang cukup fatal.

Mulailah para pemilik komputer berburu anti virus yang paling ampuh. Namun seiring dengan perjalanan waktu, ternyata ada di antara virus yang sampai memakan anti virus, sehingga para pemilik komputer terkadang menghabiskan waktunya hanya untuk mencari anti virus baru, atau gonta-ganti anti virus, atau sekadar up-date anti virus. Yah, itulah resiko memiliki komputer. Entah kapan masalah virus ini akan hilang dari dunia perkomputeran. Wallahu A’lam.

Namun sebenarnya, ada jenis virus yang lebih membahayakan dari ribuan jenis virus yang menyerang komputer. Virus yang penulis maksudkan adalah virus situs-situs porno. Dampaknya bukan cuma menyerang komputer secara khusus, namun juga pemilik komputer. Bahkan akibatnya lebih dahsyat, bisa “mematikan” sang pemilik komputer.

Mematikan yang penulis maksud bukanlah kematian dalam artian berpisahnya ruh dari jasad, namun lebih dari itu. Virus ini langsung menyerang pusat kehidupan seseorang yaitu “hati”, sedahsyat apa pun virus yang menyerang tubuh atau jasad seseorang, ujungnya adalah kematian. Jika ia adalah orang yang shaleh, maka ia akan beristirahat dari kehidupan dunia yang penuh dengan keletihan dan kemaksiatan. Dan insya Allah akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah berupa kenikmatan yang tiada henti. Namun jika yang mati adalah hati, maka hal itu adalah alamat kesengsaraan abadi di dunia dan di akhirat.

Namun sangat disayangkan, sebagian manusia jika mulai terjangkit sebuah penyakit yang sifatnya lahiriah, ia bergegas melakukan terapi. Meski menghabiskan banyak dana. Bahkan terkadang ada yang melakukan safar ke beberapa negara dengan tujuan berobat karena sangat takut dengan penyakit yang menimpanya tersebut. Adapun kalau ia tertimpa penyakit hati yang sifatnya maknawi seperti kesyirikan, kebid’ahan, iri, dengki, hasad dan sebagainya (syubhat & syahwat) maka ia tenang-tenang saja dan tidak merasa perlu mencari obatnya, padahal jenis penyakit inilah yang lebih berbahaya.

Situs-situs porno yang semakin merebak dan subur ibarat jamur di musim hujan tentu sangatlah meresahkan kita semua. Jika ada seorang muslim yang tidak resah dengan realita yang memilukan ini, hendaklah ia mengintrospeksi keimanannya, karena ulama kita mengatakan bahwa jika Anda hendak mengetahui derajat dan kedudukan Anda di sisi Allah, maka lihatlah sejauh mana kecemburuan Anda terhadap agama ini, apakah hati Anda masih ada rasa berontak jika melihat sebuah kemungkaran atau tidak.

Berikut ini beberapa terapi atau tips untuk melindungi diri dari virus situs porno, semoga bermanfaat:

1. Jangan membuka surat atau tulisan yang tidak jelas asalnya karena kebanyakannya berisi muatan pornografi atau kiriman virus yang bisa mengancam komputer Anda, atau minimal hanya menghabiskan waktu dan harta.

2. Jauhilah semampu Anda untuk menggunakan fasilitas internet dalam keadaan bersendirian, karena dalam keadaan seperti itu, setan akan mendapatkan peluang emas dengan bisikan dan tipu dayanya yang menggiurkan atau membangkitkan gairah membuka situs-situs porno, atau dengan kata lain jika memang kita terpaksa untuk membuka internet maka usahakan dengan menghadirkan orang lain di sekitar kita. Namun sayangnya, kebanyakan warnet memang dimodifikasi dan dikondisikan untuk para pemakai bersendirian dalam menggunakannya. Alasannya, agar tidak saling mengganggu antara pemakai yang satu dengan yang lainnya. Kalau niat pengelola internet seperti ini, mungkin masih bisa ditolelir. Namun kenyataannya, hal ini memberi peluang yang sangat besar bagi para pemakai untuk bebas membuka situs yang dikehendakinya, sehingga dikuatirkan mereka terjatuh dalam “tolong-menolong dalam kebathilan”. Wallahul Musta’an.

Jauhilah membuka internet dalam kondisi gairah syahwat Anda kuat.

4. Jangan menggunakan fasilitas pencari data seperti “Google” atau “Yahoo” atau selainnya untuk mencari data yang ada kaitannya dengan hubungan antara lawan jenis, walaupun dengan niat untuk mengambil manfaat, yang bisa menyebabkan seseorang menertawakan dirinya sendiri karena tertipu oleh kamuflase jiwa yang kelihatannya mengajak pada kebaikan namun ia terjatuh pada lembah kenistaan.

5. Jauhilah teman yang jelek karena terkadang merekalah yang menjadi sebab seseorang mendapatkan informasi seputar dunia internet atau memberi data situs-situs porno yang ada pada internet.

6. Letakkanlah komputer Anda di rumah pada tempat yang mudah dilihat semua orang, seperti di ruang kumpul keluarga atau di ruang makan. Jangan menutup pintu. Jadikanlah monitor komputer Anda berhadapan dengan pintu, atau dengan kata lain posisi Anda membelakangi pintu. Insya Allah hal itu akan menjauhkan pikiran Anda untuk membuka situs-situs porno karena rasa malu dari orang yang bisa saja masuk secara tiba-tiba.

7. Menghadirkan rasa takut dan merasa diawasi oleh Allah dan keyakinan akan pandangan Allah Yang Mahamengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

8. Jadikanlah tulisan pembuka pada saat Anda membuka komputer berupa ayat-ayat al Qur’an atau hadits-hadits yang mengandung peringatan dan ancaman, tulislah dengan tulisan yang besar yang memenuhi layar komputer Anda, atau dengan kata-kata hikmah atau gambar sebuah kuburan dan sebagainya, gantilah pada setiap pekan atau tiap sepuluh hari.

9. Ketika gairah syahwat Anda meninggi segeralah berziarah ke kuburan dan jangan berziarah ke warnet karena hal itu akan mengingatkan Anda kepada hari akhirat, pemutus segala angan-angan dan cita-cita.

10. Jauhilah tempat-tempat yang bisa membangkitkan syahwat seperti pasar-pasar, mall-mall, tempat-tempat rekreasi umum dan yang sejenisnya. Boikotlah semua stasiun-stasiun televisi atau majalah dan surat-surat kabar yang berbau pornografi, karena secara umum hal-hal inilah yang bisa membangkitkan syahwat seseorang.

11. Segeralah menikah untuk menyelamatkan diri dan agama Anda, dan berusahalah untuk mengatasi segala rintangan yang menghalangi Anda untuk menuju gerbang pernikahan, karena sesungguhnya pernikahan itu indah.

12. Coba tanya diri Anda; apa untungnya Anda membuka situs-situs porno? Hanya akan membangkitkan dan mengobarkan api syahwat, setelah itu apa? Entah Anda bersabar dengan dorongan syahwat tersebut (yang justru bisa membuat Anda tersiksa dan stres), atau Anda akan melampiaskannya pada apa yang diharamkan Allah? Na’udzubillah! Inikah jalan orang-orang yang berakal?

13. Jika keinginan untuk membuka situs porno semakin menguat maka segeralah tutup komputer Anda.

14. Bayangkan, seandainya sebelum Anda menutup situs porno yang telah Anda buka, tiba-tiba kematian menjemput Anda, apakah Anda tidak merasa malu setelah orang-orang mengetahuinya? Dan sungguh banyak orang yang mati dalam keadaan seperti ini—atau yang sejenisnya, ada yang mati ketika berada di atas tubuh seorang pelacur. Wal’iyadzu billah.

15. Jika memang Anda sulit untuk mengendalikan diri jika telah membuka internet maka cobalah Anda untuk tidak menggunakan fasilitas internet beberapa hari untuk mengobati dan menguatkan keimanan Anda dalam hati dan sibukkanlah diri Anda dengan membaca, mendengar dan menghadiri majelis-majelis ilmu, karena tidaklah seseorang berani membuka situs-situs haram tersebut melainkan karena kadar keimanan yang melemah.

16. Camkan! Tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba melainkan istiqamah dan teguh di atas jalan agama Allah, perbanyaklah istighfar dan doa kepada-Nya, ketuklah pintu-Nya, karena sesungguhnya doa merupakan senjata utama seorang mukmin yang memberi pengaruh yang sangat kuat, dan ingatlah hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika beliau didatangi seorang pemuda seraya berkata,

“Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian bersabda, “Apakah engkau ridha jika seseorang berzina dengan ibumu?” Selanjutnya beliau meletakkan tangannya di dada lelaki tersebut seraya berdoa, “Ya Allah, bersihkanlah hatinya, jagalah kehormatannya.” Abu Umamah t berkata, “Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendoakan pemuda itu maka sama sekali ia tidak pernah lagi untuk berpaling pada keinginannya tersebut.”

17. Ketahuilah, barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik.

Semoga Allah Subhana wa Ta’ala senantiasa memberikan rasa takut pada kita semua yang dengannya dapat menghalangi kita dari segala bentuk kemaksiatan, dan membersihkan hati-hati kita. Amin. Wallahu A’lam bis-Showab.

/ Sumber : Tabloid Al Istiqomah, Jam’iyah al Kitab wa as-Sunnah Khartoum-Sudan dengan beberapa perubahan dari penerjemah dan redaksi.

? Diterjemahkan oleh Ust. Harman Tajang, Lc.
Selengkapnya...

Selasa, 12 Juli 2011

AHLAN RAMADHAN


“Ya Allah sesungguhnya Engkau telah menaungi kami dengan bulan ramadhan, ramadhan akan tiba maka hantarkanlah ia kepada kami dan sampaikanlah kami kepadanya, berikakanlah rezeki kepada kami dengan berpuasa dan shalat, anugerahkanlah kepada kami kekuatan dan kesungguhan serta kesiapan, lindungilah kami dari fitnah.”

Pada saat kita melihat bagaimana salafusshalih menghidupkan bulan ramadhan dengan beribadah kepadaNya, maka kita akan mendapati hampir seluruh waktu yang ada hampir tak mereka lepaskan begitu saja, tetapi mereka berpacu dengan waktu tersebut seakan-akan mereka tidak pernah beristirahat, Imam Syafi’i terbiasa menghatamkan Al Qur’an 60 kali pada bulan ramadhan, Imam Ahmad menhatamkannya setiap pekan, Yahya bin Ma’in menghatamkannya setiap malam tanpa mengabaikan ibadah-ibadah yang lain, kesungguhan ini tentu bukan kesungguhan yang biasa. Biar kita tidak hanya terkesima dengan ibaadah mereka, mari kita coba awali dengan melihat sebab-sebab yang menjadikan mereka bisa mewujudkan hal tersebut, diantaranya:
1. Mereka senantiasa membangkitkan kerinduannya kepada Allah Subhanahuwata’ala.
Hal ini sebagaimana doa Rasulullah dalam shalat-shalatnya. Kerinduan akan perjumpaan dengan Rabbnya senantiasa mereka panjatkan dalam do’a-do’a mereka.

أَسْأَلُكَ الرِّضاَ باِلْقَضَاءِ وَبَرْدَ اْلعَيْشِ بَعْدَ اْلمَوْتِ وَلَذَةَ النَّظَرِ إِلىَ وَجْهِكَ وَالشَّوْقِ إِلىَ لِقاَئِكَ

“Aku memohon kepadaMu ridha atas ketetapanMu, kehidupan yang damai setelah kematian, kelezatan memendang wajahMu dan rindu akan perjumpaan denganMu.” [ HR Nasai dishhihkan oleh al Bani dalam Shahih al Jami’ no: 1301]

Untuk menumbuhkan kerinduan itu mereka mengawalinya dengan:

Menelaah lagi Asma wa sifat Allah.
Memperhatikan kenikmatan yang telah Allah anugerahkan.
Merasa rugi atas waktu-waktu yang telah berlalu karena malalaikan ibadah tidak seperti dibulan ramadhan.
Melihat kepada orang-orang shalih yang telah jauh meninggalkan mereka dengan amal ibadahnya.

2. Mereka sangat memahami keutamaan bulan ramadhan sebagai nikmat Allah kepada mereka.
Ibnu Mas’ud pernah mendengar Rasulullah bersabda:

لَوْ يَعْلَمُ اْلعِباَدُ ماَ فِيْ رَمَضاَنَ ، لَتَمَنَتْ أُمَّتِيْ أَنْ تَكُوْنَ السَّنَةَ كُلُّهاَ

“Seandainya hamba-hamba (Allah) mengetahui apa yang ada pada bulan ramadhan, sungguh umatku menginginkan agar satu tahun dijadikan ramadhan semuanya.” [ ‘Umdatul Qari’ Syarah shahih Al Bukhari].

3. Melatih diri dengan persiapan, tekad yang kuat dan obsesi yang tinggi.

وَلَوْ أَرَادُواْ الْخُرُوجَ لأَعَدُّواْ لَهُ عُدَّةً

“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu” (QS. At Taubah [9]: 46)

قاَلَ وَهِيْب بْنُ اْلوَرَدِ: إِنْ اسْتَطَعْتَ أَلاَ يَسْبِقَكَ إِلىَ اللهِ أَحَدٌ فاَفْعَلْ.

Wahib bin Al Ward berkata: “ Jika anda mampu agar tidak seorangpun mendahuluimu kepada Allah (dalam beribadah) maka lakukanlah.

قاَلَ الشَّيْخُ شَمْسُ الدِّيْنِ مُحَمَدٌ التُّرْكِسْتاَنِيْ: ماَ بَلَغَنِيْ عَنْ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ أَنَّهُ تَعْبُدُ عِباَدَةً إِلاَّ تَعَبَدتُ نَظِيْرَهاَ وَزِدتُ عَلَيْهِ.

Syaikh Syamsuddin bin Muhammad At Turkistani berkata:” Tidaklah apa yang sampai kepadaku kabar tentang seseorang yang beribadah suatu ibadah kecuali saya melakukan ibadah itu yang sama dan menambahnya.”

قاَلَ اْلجُنَيْدُ: سِيْروُا مَعَ اْلهِمَمِ اْلعاَلِيَّةِ.

Al Junaid berkata: “Berjalanlah engkau bersama orang-orang yang berhimmah ‘aliyah.”

4. Menjauhkan kemalasan dan bergaul dengan orang-orang yang rajin beramal shalih.
قاَلَ شُعْبَةَ بْنُ اْلحِجاَجِ اْلبَصَرِيْ: لاَ تَقْعُدُوا فُراغًا فَإِنَّ اْلمَوْتَ يَطْلُبُكُمْ.

Syu’bah bin Al Hijaaj Al Bishri berkata: “ Janganlah kalian duduk untuk bersantai-santai karena kematian sedang mencarimu.

قِيْلَ لِلإمَام أَحْمَدَ: مَتىَ يَجِدُ اْلعَبْدُ طَعْمَ الرَّاحَةِ ؟ فَقَالَ: عِنْدَ أّوَّلِ قَدَمٍ يَضَعُهاَ فِيْ اْلجَنَّةِ.

Dikatakan kepada Imam Ahmad: “ Kapan seseorang itu beristirahat ? Maka dijawab: Ketika pertama kali telapak kakinya diletakan disurga.”

5. Senantiasa muhasabah atas segala kekurangan dalam beribadah.
Ibnu Mas’ud mengatakan bahwasanya Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ : بِهِ

“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan dia duduk dikaki gunung ketakutan jika gunung itu meruntuhinya, adapun orang fajir melihat dosa-dosanya bagaikan dia melihat lalat yang melintas didepan hidungnya sambil berkata: Hi !!.” [ HR. Muslim no 2744]

6. Membekali dengan ilmu seputar hukum-hukum ibadah ramadahan.
Pengetahuan yang benar tentang hukum-hukum seputar ramadhan merupakan modal utama didalam menjalankan ibadah ramadhan, sehingga pelaksanaan itu akan dijalani dengan kemantapan dan keyakinan serta mendapatkan pahala yang benar-benar memberikan manfaat diakhirat, tidak seperti orang-orang yang hanya bermodal semangat tanpa ilmu sehingga amalnya itu bak debu yang tidak berguna.

وقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Dan kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”(QS. Al Furqan [25]: (53)

7. Mempersiapkan diri dengan kesabaran agar bisa menikmati ibadah pada bulan ramadhan.
Dibulan yang penuh barakah inilah seorang muslim diuji kesabarannya dalam berbagai hal, sebagaimana Allah berfirman dalam hadist Qudsi:

يَذَرُ شَهَوَتِهِ وَطَعَامَهُ وَشَرَابَهُ لأَجْلِي فَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Mereka meninggalkan syahwatnya dan makannya serta minumnya hanya untukKu, maka puasa itu untukKu dan Akulah yang akan membalasnya.” [HR. Muslim no 1151]

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar” (QS. Fushilat [41]:35).
8. Menghidupkan segala ibadah-ibadah yang ada dan mampu dikerjakan tanpa meremehkan ibadah yang terlihat kecil.
Abu Dzar berkata bahwasanya Rasulullah bersabda:

قاَلَ رَسُوْلُ اللّه: “لاَ تـَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً

“Janganlah kamu memandang rendah sedikitpun suatu kebajikan” [ HR. Muslim no 2626].

Ibnu ‘Abbas berkata:

كاَنَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكاَنَ أَجْوَدُ ماَ يَكُوْنُ فِيْ رَمَضاَنَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ فَيُدَارِسُهُ القُرآنَ.

“Adalah Rasulullah orang yang paling dermawan terlebih lagi pada bulan ramadhan ketika Jibril mendatanginya untuk mengajarkan Al Qur’an.” [ HR. Al Bukhari no 1902]

قاَلَ الشَّافِعِيُ رَحِمَهُ اللهُ: أُحَبُّ لِلرَّجُلِ الزِّياَدَةَ بِالْجُوْدِ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ اِقْتَداءً بِرَسُوْلِ الله وَلْحاَجَةَ النَّاسِ فِيْهِ إِلىَ مَصاَلِحِهِمْ وَتَشاَغِلُ كَثِيْرٌ مِنْهُمْ بِالصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ عَنْ مَكاَسِبِهِمْ.

Imam Syafi’i berkata: “Yang terbaik bagi seseorang pada bulan ramadhan adalah semakin dermawan sebagai bentuk meneladani Rasulullah dan karena pada bulan ramadhan manusia lebih membutuhkan untuk kemaslahatan mereka serta kesibukan mereka pada puasa dan shalat daripada bekerja. Memperbanyak dzikir kepada Allah. Imam Ahmad berkata:

خَيْرُ العَمَلِ أنْ تُفاَرِقَ الدُّنْياَ وَلِساَنُكَ رَطْبٌ مِنْ ذِكْرِ اللهِ

“Sebaik-baik amal adalah engkau berpisah dari dunia dan lisanmu basah dari dzikir kepada Allah Subhanahuwata’ala.” [ HR Ahmad dihasankan oleh Al Bani dishahih Al Jami’ no 165]

9. Memahami hal-hal yang bisa melemahkan ibadah, sehingga tidak larut dalam futur.
قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَابِ: إِنَّ لِهَذِهِ اْلقُلُوْبِ إِقْباَلاً وَإِدْباَرًا فَإِذاَ أَقْبََلَتْ فَخُذُوْهاَ بِالنَّواَفِلِ وَإِنْ أَدْبَرَتْ فَأَلِزمُوْهاَ اْلفَرَائِضَ.

Umar bin Al Khathab berkata: “Sesungguhnya hati maju mundur (dalam beribadah) maka jika hati sedang semangat maka ambilah sekalian ibadah-ibadah nafilah, jika hati sedang mundur (dalam beribadah) maka wajibkanlah ibadah-ibadah yang wajib.”[Syarh as Sunnah karya al Baidhawi].
Selain hati yang menjadikan ibadah pada bulan ramadhan menjadi tidak optimal walaupun syaithan sudah dibelenggu, yaitu nafsu, Allah berfirman:

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (QS. Yusuf [12]:53). Imam Dalam syair-syair dikatakan:

النَّفْسُ كاَلطِّفْلِ إِنْ تَهَمَلَهُ شَبَّ عَلَى حُبِّ الرَّضاَعَ وَإِنْ تَفْطَمَهُ يَنْفَطَمَ

“Nafsu itu seperti bayi, jika dibiarkan menyusu maka akan selalu menyusu tapi jika disapih maka jadi tersapih. Biasanya bayi akan senantiasa menangis pada saat awal disapih akan tetapi jika sudah beberapa hari maka akan terbiasa, itulah jiwa manusia.”
Allohu a’lam bish showab.
Sumber: belajarislam.com
Selengkapnya...

Senin, 10 Januari 2011

Antara NATAL Dan MAULID NABI


Natal

Tidak di ketahui secara pasti kapan Nabi Isa Dilahirkan, walaupun para penganut Kristiani mengklaim bahwa kelahiran Al Masih adalah tanggal 25 Desember namun keyakinan itu sama sekali tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara pasti. Yang jelas Nabi Isa dilahirkan pada musim panas, sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur'an bahwa setelah melahirkan putranya, sang ibu Maryam bersandar di sebuah pohon kurma lalu di wahyukan kepadanya agar menggoyang batang kurma itu,maka berjatuhanlah rutob dari atas pohon tersebut. Rutob adalah buah korma yang telah masak (empuk), dan buah kurma tidak akan bisa matang jika tidak ada angin panas yang bertiup. Jika ada yang berkeya-kinan bahwa Nabi Isa lahir pada musim salju (dingin) maka itu adalah salah.

Jangankan sampai sedetil tanggal lahirnya, tahun kelahirannya saja antara Biebel dan pencetus kalender Masehi yang dipakai saat ini ada perbedaan. Dalam Matius sebutkan bahwa Isa dilahirkan pada masa raja Herodas dari Roma.

Sementara itu para pakar sejarah mereka mengatakan bahwa raja Herodas mati pada tahun 4 sebelum Masehi, artinya 4 tahun sebelum kelahiran nabi Isa. Jika Biebel memang benar maka seharusnya tahun Masehi (yang sekarang 2001) seharusnya sudah 2005. dan jika yang benar adalah pencipta kalender maka Bibel (kitab suci) mereka yang salah. Ada kemungkinan juga kedua-duanya salah, dan tidak mungkin keduanya benar.
Sistem Kerahiban dan Taklid Buta

Sungguh kacaunya sebuah agama desebabkan karena sumber asli (kitab suci) dari agama tersebut telah diacak-acak dan diputar balikan oleh orang-orang yang menamakan dirinya atau dinamai ahli ilmu dan ahli ibadah. Dengan seenaknya orang-orang semacam ini membuat fatwa dan hukum yang menyelisihi sumber otentik dari agama itu sendiri. Mereka dianggap sebagai wakil Tuhan dan orang suci yang tidak punya salah atau ma'shum. Sehingga ucapan mereka ibarat wahyu yang harus ditaati meskipun itu mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

Jika demikian maka ini berarti telah menjadikan orang alim (baik itu ulama, pendeta, rahib dan sebagainya) sebagai tuhan-tuhan selain Allah. Mungkin mereka beralasan dengan mengatakan: "Kami kan tidak menyembah mereka!" Alasan serupa juga pernah disampaikan oleh seorang Ahlu Kitab yang masuk Islam, Adiy bin Hatim, tatkala ia mendengar Nabi Shallallaahu alaihi wa salam membaca firman Allah, yang artinya: "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. 9:31) Mendengar pembelaan diri dari Adiy, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam lalu bertanya: "Tidaklah mereka itu mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah lalu kamu pun mengharamkannya? Dan tidaklah mereka itu menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah lalu kamupun (ikut) menghalalkannya?" Semua pertanyaan Nabi Shallallaahu alaihi wa salam dibenar-kan oleh Adiy, maka beliaupun bersabda: "Itulah ibadah (penyembahan) kepada meraka." (HR. Imam Ahmad dan At-Tirmidzi dengan mengatakan hasan)

Fenomena seperti ini ternyata juga merebak di kalangan kaum muslimin dimana masih banyak diantara mereka terjebak dalam kultus Individu, menganggap wali ma'shum terhadap seseorang yang segala tingkah laku dan ucapannya tidak boleh disalahkan, dengan alasan takut kuwalat (tertimpa bencana), atau beranggapan mereka memiliki maqom (kedudukan) yang tidak bisa dimengerti dan dicapai orang awam.

Demikianlah sistem kerahiban dalam agama Nashara telah menjadikan penganutnya dicap Allah sebagai orang dloollin (sesat). Sistem ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah surat Al Hadid ayat 27 merupakan perkara yang diada-adakan dan sama sekali tidak pernah diperintahkan oleh Allah. Artinya: "Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang yang fasik." (QS. 57:27)

Dengan kata lain mereka telah membuat bid'ah dalam tata cara agama mereka,sehingga mereka menjadi sesat. Oleh karena itu Rasulullah, jauh-jauh sudah mengingatkan, agar Islam terjaga kemurniannya maka beliau bersabda, yang artinya: "Setiap hal yang baru (dalam urusan agama adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat." (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah).

Bagaimana Dengan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam?

Maulid (peringatan Hari kela-hiran) Nabi Shallallaahu alaihi wa salam sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar kaum muslimin di Indonesia. Hari tersebut dianggap sebagai hari besar (hari raya) yang harus diperingati secara rutin tiap tahun. Peringatan secara rutin dan terus menerus dalam istilah Arab disebut dengan Ied, sedang kalau kita mau meneliti dalam kitab-kitab hadits bab tentang hari raya disana biasanya tertulis Kitabul Idain (kitab tentang dua hari raya atau hari besar), maksudnya Iedul Fithri dan Iedul Adha. Dari sini jelas sekali bahwa hari Besar dalam Islam yang diperingati secara rutin tiap tahun hanya ada dua hari saja. Sekiranya ada hari besar lain yang waktu itu dirayakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, tentu kaum muslimin mulai zaman shahabat, tabiin dan tabiut-tabiin sudah lebih dahulu melakukannya. Sebagaimana mereka merayakan Idain secara mutawatir, tanpa ada khilaf, dan sudah barang tentu juga dijelaskan adab-adabnya dan bagaimana prakteknya.

Sedangakan dalam tinjauan syar'i peringatan maulid Nabi sebagaimana di kemukakan syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullaah dalam kitabnya At Tahdzir minal Bida', adalah merupakan hal baru dalam Islam, yang tidak pernah di contohkan oleh Rasulullah, para shahabat dan tabi'in. Ada beberapa alasan mengapa beliau tidak memperbolehkan peringatan semacam ini

Pertama: merupakan amalan baru yang tertolak, sebagaimana sabda Nabi n, yang artinya: "Barangsiapa mengada-adakan (sesuatu hal baru) adalam urusan (agama) kami, yang bukan merupakan ajarannya maka akan ditolak" (Muttafaq Alaih).

Kedua: Menyelisihi Sunnah Nabi dan Khulafaur Rasyidin. Nabi Shallallaahu alaihi wa salam bersabda, artinya: "Kamu semua harus berpegang teguh pada sunnahku (setelah Al-Qur'an) dan sunnah khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk Allah setelahku." (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi).

Ketiga: Mengambil ajaran bukan dari Nabi, Firman Allah. artinya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dila-rangnya bagimu maka tinggalkan-lah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesung-guhnya Allah sangat keras hukuman-Nya." (QS. 59:7)

Keempat: Tidak pernah dicon-tohkan dan diteladankan oleh Nabi Shallallaahu alaihi wa salam padahal sebisa mungkin kita harus meneladani beliau, Firman Allah, artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (keda-tangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. 33:21)

Kelima: Agama Islam telah sempurna tidak perlu penambahan ajaran baru lagi. Firman Allah, artinya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu." (QS. 5:3)

Keenam: Bahwa Rasulullah telah menunjukan seluruh kebaikan kepada umatnya dan telah memperingatkan dari kejahatan yang beliu ketahui, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim. Beliau tidak pernah memberi petunjuk tentang peringatan maulid ini, bahkan sebaliknya memperingatkan dari perkara-perkara baru dalam Islam.

Ketujuh: Membuat ajaran baru dalam Islam merupakan seburuk-buruk perkara, sebagaiaman penggalan sabda beliau Shallallaahu alaihi wa salam dalam sebuah khutbahnya, yang artinya: " Dan seburuk-buruk perkara(dalam agama) ialah yang di ada-adakan (bid'ah), dan setiap bid'ah itu kesesatan." (HR. Muslim)

Kedelapan: Merupakan sikap tasyabuh (meniru-niru) ahli kitab dari kaum Yahudi dan Nashrani dalam hari-hari besar mereka.

Belum lagi jika dalam acara tersebut terdapat ghuluw (sikap berlebihan) terhadap Nabi Shallallaahu alaihi wa salam misalnya berkeyakinan kalau Nabi datang dalam acara tersebut dan bisa menjawab do'a, ikhtilath yaitu bercampur baur pria dan wanita yang bukan muhrim, atau diselingi dengan pentas musik dan sebaginya.

Kalau kita selidiki kedua kasus di atas baik itu natal maupun maulid Nabi n, ternyata sumber kekeliruannya adalah sama yaitu Niat baik yang salah cara penyalurannya.Padahal Islam telah mengajarkan bahwa suatu amal dikatakan Shalih dan akan diterima oleh Allah selain diniatkan dengan ikhlas juga harus mengikuti cara dan petunjuk yang dibawa oleh Nabi n. Karena kalau kita lihat dalam Al-Qur'an, orang kafir yang dikatakan oleh Allah sebagai orang yang paling rugi amalnya ternyata dikarenakan salah prediksi (perkiraan). Mereka sangka apa yang mereka lakukan adalah kebaikan-kebaikan sebagaimana yang mereka niatkan, padahal sebenarnya adalah kesesatan, firman Allah, artinya: "Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya." (QS. 18:103-104)

Janganlah kita seperti mereka, cocokkan cara ibadah kita dengan cara ibadah Nabi Shallallaahu alaihi wa salam dan para sahabatnya, dan sertailah dengan niat ikhlas karena Allah.
sumber : http://alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=555
Selengkapnya...

Senin, 03 Januari 2011

ADAB MEMBERI SALAM


Kalau kita mau merenungkan betapa banyak pahala-pahala Allah yang tersedia setiap harinya untuk kita raih, tapi justru sering kita remehkan dan abaikan. Dari semenjak kita terjaga dari tidur hingga sampai tidur kembali, semuanya terdapat pahala yang terhampar tak terhitung banyaknya serta keuntungan yang nyata di dunia dan akhirat. Tentunya dengan catatan, kalau semuanya kita jalani sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan syariat.

Contoh yang sangat sederhana sekali dari pahala-pahala yang terabaikan setiap harinya adalah tradisi dan ibadah menebarkan salam ‘Assalamu’alaikum’ yang saat ini hampir hilang karena sering ditinggalkan oleh sebagian umat islam.

Tidak sedikit di antara kita umat islam yang merasa minder dan malu kalau harus menyapa dengan mengucapkan salam‘Assalamu’alaikum’ ketika bertemu saudaranya, dan lebih bangga kalau dapat menyapa dengan sapaan ‘ala barat’ atau sapaan yang lainnya, seperti: hello; hai; selamat pagi; selamat siang; selamat sore; selamat malam; dan lain sebagainya. Juga ketika mendatangi rumah sanak-saudara atau bertamu ke salah satu rumah teman, terasa berat rasanya kalau memulainya dengan mengucapkan salam dan anehnya seakan lebih afdhol atau lebih ‘sreg’ kalau dengan ucapan selainnya, seperti: permisi, kulo nuwun, punten atau hanya sekedar mengetuk pintu rumah atau lebih parah dari itu masuk ‘slonong boy’, tanpa permisi dan basa basi. Sungguh menyedihkan dan menyelisihi ajaran Islam yang agung itu sendiri.


Allah subhanahu wa Ta’aalaa berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتىَّ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (QS. an-Nur: 27)

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

حَقُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ سِتٌّ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . .

“Hak seorang muslim atas saudaranya yang muslim ada enam: apabila kamu bertermu dengannya, maka ucapkanlah salam kepadanya…” (HR. Muslim 2162)

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ حَسِيبًا

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”. (QS. an-Nisa: 86)

Perlu kita sadari bersama bahwa mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum’ dalam Islam bukan hanya sekedar sapaan belaka, tetapi lebih mulia dari itu. Ia merupakan bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala, yang jelas punya nilai dan pahala yang besar di sisi-Nya. Karena ucapan salam itu adalah doa. Sedangkan doa itu sendiri merupakan inti ibadah dan diberikan pahala bagi siapa yang mengucapkannya.

Salam juga merupakan amalan dan tradisi (sunnah) para Rasul-rasul Allah dan para malaikat-Nya. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman tentang kisah para malaikat yang datang bertamu kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ () إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (malaikat-malaikat) yang dimuliakan. (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan:”Salaman”, Ibrahim menjawab:”salamun” (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal”. (QS. adz-Dzariyat: 24-25)

Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda,

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ (متفق عليه)

“Tatkala Allah menciptakan Adam ‘alaihissalam, Dia berfirman, “Pergilah dan ucapkanlah salam kepada para Malaikat yang sedang duduk, lalu perhatikanlah apa yang mereka akan jawab, sesungguhnya jawaban (para malaikat itu) adalah salam (penghormatan)mu dan anak keturunanmu. Maka Adam ‘alaihissalam berkata, “Assalamu’alaikum”, lalu mereka (para malaikat) menjawab, “Assalamu’alaika wa Rahmatullah”. Mereka menambahkan: “Warahmatullah”. (HR Bukhari 6227 dan Muslim 2841).

Salam juga merupakan ajaran dan amalan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan para shahabat ridwanullahu’alaihim.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (متفق عليه)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin al’Ash radhiyallahu’anhuma bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, “ajaran Islam yang manakah yang paling baik”? Beliau menjawab, “Kamu memberi makan (orang yang membutuhkannya), dan kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. (HR Bukhari 4684 dan Muslim 993).

Berikut ini, kita cantumkan beberapa adab salam. Mudah-mudahan bisa menambah pengetahuan kita yang selanjutnya menjadi landasan kita dalam beramal.

Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali jika khalayak banyak jumlahnya. Di dalam hadits Anas disebutkan
أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا تكلم بكلمة أعادها ثلاثا، وإذا أتى على قوم فسلم عليهم سلم عليهم ثلاثا) رواه البخاري

“Sesungguhnya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila ia mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya tiga kali. Dan apabila ia datang kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada mereka tiga kali” (HR. Al-Bukhari).

Termasuk sunnah adalah orang mengendarai kendaraan mengawali memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki, dan orang yang berjalan kaki memberi salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua. Demikianlah disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah yang muttafaq’alaih.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ليسلم الصغير على الكبير، والمار على القاعد, والقليل على الكثير. وفي رواية: والراكب على الماشي. متفق عليه.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Hendaklah yang muda memulai memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk dan yang sedikit kepada yang lebih banyak..” Dan dalam suatu riwayat: “dan yang bertunggangan (berkenderaan) kepada yang berjalan.” (Bukhari 6231, 6234 dan Muslim 2160).

Disunnatkan keras ketika memberi salam dan demikian pula menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang tidur. Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya:
فكان نحتلب فيشرب كل إنسان منا نصيبة، وبرفع للنبي صلى الله عليه وسلم نصيبه قال: فيجيء من الليل فيسلم تسليما لا يوقظ نائما، ويسمع اليقظان. رواه مسلم

“dan kami pun memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang dapat bagian minum dari kami, dan kami sediakan bagian untuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam Miqdad berkata: Maka Nabi pun datang di malam hari dan memberikan salam yang tidak membangunkan orang yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang bangun”.(HR. Muslim).

Disunatkan memberikan salam di waktu masuk ke suatu majlis dan ketika akan meninggalkannya. Karena hadits menyebutkan:
إذا انتهى أحدكم إلى المجلس فليسلم، فإذا أراد أن يقوم فليسلم فليست الأولى بأحق من الثانية (رواه أبوداود وصححه الألباني)

“Apabila salah seorang kamu sampai di suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah memberikan salam, dan tidaklah yang pertama lebih berhak daripada yang kedua. (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al-Albani).

Disunnatkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah sekalipun rumah itu kosong, karena Allah telah berfirman yang artinya:
فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتاً فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ

” Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian” (QS. An-Nur(24) : 61)

Dan karena ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu ‘anhuma :

إذا دخل الرجل البيت غير المسكون فليقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين (رواه البخاري فى الأداب المفرد وصححه الألباني)

“Apabila seseorang akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka hendaklah ia mengucapkan : Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin” (HR. Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani).

Dimakruhkan memberi salam kepada orang yang sedang di WC (buang hajat), karena hadits Ibnu Umar Radhiallaahu ‘anhuma yang menyebutkan
أن رجلا مرّ رسول الله صلى الله عليه وسلم يبول فسلّم : فلم يرد عليه (رواه مسلم)

“Bahwasanya ada seseorang yang lewat sedangkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak menjawabnya”. (HR. Muslim)

Disunnatkan memberi salam kepada anak-anak, karena hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu ‘anhu menyebutkan:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفعله (متفق عليه)

Bahwasanya ketika ia lewat di sekitar anak-anak ia memberi salam, dan ia mengatakan: “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. (Muttafaq’alaih).


Tidak memulai memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لا تبدءوا اليهود والنصارى بالسلام …. (رواه مسلم)

” Janganlah kalian terlebih dahulu memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani…..” (HR. Muslim). Dan apabila mereka yang memberi salam maka kita jawab dengan mengucapkan “wa `alaikum” saja, karena sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

Disunnatkan memberi salam kepada orang yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar Radhiallaahu ‘anhu disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
أي الإسلام خير؟ قال : تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف (متفق عليه

“Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi: Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu kenal”. (Muttafaq’alaih).

Disunnatkan menjawab salam orang yang menyampaikan salam lewat orang lain dan kepada yang dititipinya.
فقد جاء رخل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: إن أبي يقرئك السلام فقال: عليك وعلى أبيك السلام (رواه أبو داود وحسنه الألباني)

“Pada suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam untukmu. Maka Nabi menjawab : “`alaika wa `ala abikas salam ( HR . Abu dawud dan dihasankan Al Albani )

Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada uzur, seperti karena sedang shalat atau bisu atau karena orang yang akan diberi salam itu jauh jaraknya. Di dalam hadits Jabir bin Abdillah Radhiallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تسلموا تسليم اليهود والنصارى فإن تسليمهم إشارة بالكفوف (رواه البيهقي وحسنه الألباني)

“Janganlah kalian memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pemberian salam mereka memakai isyarat dengan tangan”. (HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

Disunnatkan kepada seseorang berjabat tangan dengan saudaranya. Hadits Rasulullah mengatakan:
ما من مسلمين يلتقيان فيتصافحان إلا غفر لهما قبل أن يتفرقا (رواه أبوداود وصححه الألباني)

“Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Dianjurkan tidak menarik (melepas) tangan kita terlebih dahulu di saat berjabat tangan sebelum orang yang diajak berjabat tangan itu melepasnya. Hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu ‘anhu menyebutkan:
كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا استقبله الرجل فصافحه لا ينزع يده من يده حتى يكون الرجل الذي ينزع (رواه الترمذي وصححه الألباني)

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila ia diterima oleh seseorang lalu berjabat tangan, maka Nabi tidak melepas tangannya sebelum orang itu yang melepasnya….” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud ketika memberi penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas menyebutkan:
قال رجل : يا رسول الله احدنا يلقا صديقه أينحني له ؟ قال صلى الله عليه وسلم لا . قال فيلتزمه ويقبله ؟ قال : لا . قال : فيصافحه ؟ قال : نعم إن شاء ( رواه الترمذي وصححه الألباني)

Ada seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di antara kami berjumpa dengan temannya, apakah ia harus membungkukkan tubuhnya kepadanya? Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak”. Orang itu bertanya: Apakah ia merangkul dan menciumnya? Jawab nabi: Tidak. Orang itu bertanya: Apakah ia berjabat tangan dengannya? Jawab Nabi: Ya, jika ia mau. (HR. At-Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika akan dijabat tangani oleh kaum wanita di saat baiat, beliau bersabda:
إني لا أصافح النساء (رواه الترمذي والنسائي وصححه الألباني)

“Sesung-guhnya aku tidak berjabat tangan dengan kaum wanita”. (HR.Turmudzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani).
sumber: http://ustadzridwan.com/adab-memberi-salam/
Selengkapnya...